Setelah
selesai bersilaturrahmi kami lalu kembali ke penginapan. Nanti malam, beberapa
sahabat saya di Yogyakarta akan bertandang ke penginapan kami. Jadi, kami tidak
perlu keluar dari hotel untuk pergi ke tempat mereka. Ini memang saya inginkan,
lebih baik berjumpa di satu tempat, ketimbang kami harus bersilaturrahmi di
masing-masing kediaman mereka. Setelah magrib, satu persatu kawan lama saya
datang di penginapan. Di sinilah rasa kangen dengan para sahabat alumni
Fakultas Syariah, UIN Sunan Kalijaga terobati.
Malam
itu, kami saling bertukar cerita dan menjadikan momen tidak terlupakan di dalam
sejarah hidup masing-masing. Beberapa sahabat yang hadir malam itu adalah Sri
Wahyuni, Lindra Darnela, Baihaqi, dan Anhar Saifuddin. Adapun yang membuat
pertemuan ini ramai adalah, mereka ada yang membawa pasangan dan anak-anak.
Tidak terasa bahwa umur kami sudah hampir rata-rata di atas 40 tahun. Ketika
mulai kuliah di Yogyakarta tahun 1996, usia kami sekitar 17 tahun. Perjuangan
mencapai derajat sarjana di IAIN Sunan Kalijaga, benar-benar berkesan, terlebih
lagi, para sahabat yang menyambangi kami adalah mereka yang tidak kembali ke
kampung halaman, melainkan berbakti dengan berbagai kapasitas di Yogyakarta.
Setelah
jam 21:30, mereka satu persatu berpamitan. Masing-masing mengambil foto
bersama. Saya selalu berpikir entah kapan lagi kami bisa berjumpa. Sebab, saya
lah yang tinggal cukup jauh di ujung Pulau Sumatera. Dari awal memang sudah
saya niatkan untuk melakukan perjalanan panjang ini untuk membuka lagi
silaturrahmi dengan para sahabat di seantero Nusantara. Namun, terkadang,
antara semangat dan kemampuan tidak sejalan, seiring dengan berbagai kewajiban
sudah menanti di Banda Aceh.
Pagi
hari kami sudah menjanjikan untuk bertemu seorang lagi sahabat di Purworejo,
Jawa Tengah. Namanya Saifuddin. Dia karib saya yang cukup santun dan sederhana.
Dia sambil malu-malu bertanya, apakah saya akan singgah di kediamannya di
Kecamatan Bruno. Kami pun langsung mengiyakan, sebab kediamannya ada dalam
jalur kami menuju ke Jakarta. Saya langsung menghidupkan GPS yang kemudian
mengantarkan kami ke Purworejo, namun melewati Godean via Kaligesing. Rupanya
jalur yang kami tempuh adalah cukup ekstrim. Sebab, amat jarang para pengendara
yang menempuh jalur ini. Sebab menuju Purworejo lebih bagus jalannya melalui
Pantai Selatan.
Namun,
saya tetap mengendarai Nyak Ver secara hati-hati. Tanjakan dan turunan yang
cukup curam. Di sela-sela perjalanan kami, ada bau durian yang cukup menyengat.
Hasrat kami ingin sekali berhenti untuk menyantap durian. Akan tetapi, turunan
yang amat curam dan posisi penjual durian yang tidak begitu nyaman untuk
memberhentikan Nyak Ver. Di tambah lagi hujan yang terus mengguyur kami selama
perjalanan, menyebab durian pun terlewati untuk kami nikmati dalam perjalanan
menuju rumah Saifuddin.