FSH UIN Ar-Raniry Gelar Kuliah Umum Internasional Bahas Kekacauan Istilah Patani di Thailand Selatan

Prof. Abdurrazak sedang memberikan orasi tentang Kerancuan Penggunan Istilah Patani di Ruang Teater FSH UIN Ar-Raniry.

Banda Aceh (Ar-Raniry) – Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry Banda Aceh menggelar Kuliah Umum Internasional bertajuk Petani-Patani-Fatoni: Membaca Keracuan Pemikiran Masyarakat Melayu di Thailand Selatan dari Papan Batu, Papan Tanda, Papan Iklan, Selasa, (15/4/2025).

Kegiatan yang berlangsung di Ruang Teater Gedung A lantai 1 itu menghadirkan narasumber dari Thailand, Asisten Prof H Abdul Razak Panaemalae, dosen senior di School of Political Science and Public Administration, Walailak University.

Dalam pemaparannya, Abdul Razak mengangkat persoalan yang tampak sepele namun mencerminkan kerumitan identitas masyarakat Melayu di Thailand Selatan: kerancuan istilah dalam papan informasi publik. Ia menyoroti penggunaan kata “Petani”, “Patani”, dan “Fatoni” yang kerap muncul secara tidak konsisten di papan-papan jalanan, iklan, dan reklame.

“Kesalahan ini banyak ditemukan di ruang publik. Padahal, dari penggunaan istilah saja kita bisa membaca bagaimana masyarakat memahami identitas wilayahnya,” kata Abdul Razak.

Menurutnya, Patani adalah istilah paling tepat untuk merujuk pada wilayah di Thailand Selatan, sesuai dengan ejaan dalam bahasa Thai. Sedangkan Fatoni berasal dari ejaan Melayu klasik yang kini jarang digunakan. Sementara itu, Petani dianggap tidak relevan karena lebih merujuk pada profesi dalam bahasa Indonesia, bukan nama wilayah.

“Walau terlihat seperti perbedaan kecil dalam tulisan, sebenarnya ini berdampak besar terhadap pemaknaan sejarah dan identitas,” ujar Abdul Razak.

Dalam sesi tanya-jawab, seorang peserta menanyakan keberadaan lembaga bahasa di Thailand Selatan yang dapat menyeragamkan istilah tersebut. Abdul Razak menyebutkan bahwa hingga kini belum ada lembaga semacam Balai Bahasa atau kamus resmi yang menangani hal tersebut. Penyebutan nama tempat masih bersandar pada kebiasaan lisan masyarakat dari masa ke masa.

See also  Visi Keindonesiaan Yayasan Waqaf al-Hidayah di Thailand Selatan

Ia juga menyinggung peran Raja Phaya Tu Nakpa yang membawa pengaruh besar terhadap penyebaran Islam dan budaya Melayu di Thailand Selatan.
Kuliah umum ini dihadiri oleh ratusan mahasiswa, dosen, dan peneliti yang menaruh minat pada kajian identitas, budaya Melayu, dan dinamika masyarakat di Asia Tenggara. [ ]

Also Read

Bagikan:

Kamaruzzaman Bustamam Ahmad

Prof. Kamaruzzaman Bustamam Ahmad (KBA) has followed his curiosity throughout life, which has carried him into the fields of Sociology of Anthropology of Religion in Southeast Asia, Islamic Studies, Sufism, Cosmology, and Security, Geostrategy, Terrorism, and Geopolitics. Prof. KBA is the author of over 30 books and 50 academic and professional journal articles and book chapters. His academic training is in social anthropology at La Trobe University, Islamic Political Science at the University of Malaya, and Islamic Legal Studies at UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. He received many fellowships: Asian Public Intellectual (The Nippon Foundation), IVLP (American Government), Young Muslim Intellectual (Japan Foundation), and Islamic Studies from Within (Rockefeller Foundation). Currently, he is Dean of Faculty and Shariah, Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, Banda Aceh, Indonesia.

Tags

Leave a Comment