Jannah Theme License is not validated, Go to the theme options page to validate the license, You need a single license for each domain name.
Authors

In  Memoriam Prof. Azyumardi Azra (1955-2022)

Tanggal 18 September 2022, Indonesia berduka atas kepergian seorang Guru Bangsa, yaitu Prof. Azyumardi Azra (1955-2022). Kepergian Prof. Azra begitu mendadak dan menyentak semua koleganya di seluruh dunia. Ucapan belasungkawa datang dari berbagai belahan dunia. Prof. Azra memang dikenal sebagai satu satu Cendekiawan Muslim Indonesia yang sangat produktif dan aktif dalam berbagai forum ilmiah, baik di tingkat nasional maupun internasional.

Kedekatan saya dengan Prof. Azra dimulai sejak tahun 1999. Saat itu, Prof. Azra menjadi dosen paskasarjana di IAIN Sunan Kalijaga. Dalam kesempatan tersebut, sebagai mahasiswa semester VII, saya bertemu dengan seorang ilmuwan yang cukup disegani, hanya ingin mengoreksi hasil penelitian Prof. Azra tentang dalam buku Jaringan Ulama.

Ketika itu, saya mengatakan ada data dan fakta sejarah yang keliru dalam buku Jaringan Ulama. Untuk meyakinkan Prof. Azra, saya menunjukkan berbagai rujukan yang saya miliki. Akhirnya, Prof. Azra mengakui kekeliruannya dalam buku tersebut. Dari situlah saya kemudian memiliki hubungan yang berlanjut hingga akhir hayatnya.

Persahabatan saya dengan Prof. Azra ibarat guru dan murid. Saya menganggap Prof. Azra sebagai guru dan mentor yang membimbing perkembangan dunia akademik saya. Ketika menjadi rektor IAIN Syarif Hidayatullah, saya juga sering berjumpa dengan Prof. Azra dalam berbagai kapasitas.

Salah satu buah dari persahabatan saya dengan Prof. Azra saya menulis Biografi Intelektual Prof. Azra. Tampaknya, inilah tulisan yang paling awal tentang Prof. Azra yang dimuat dalam jurnal di UIN Syarif Hidayatulah. Tulisan tersebut, saya mudat dalam buku Wajah Baru Islam di Indonesia. Buku ini terbit pada tahun 2003, di mana Prof. Azra berkenan untuk memberikan Kata Pengantar.

Persahabatan saya dilanjutkan Ketika saya studi master di Universiti Malaya. Salah seorang penguji luar untuk tesis master saya adalah Prof. Azra. Beliau memberikan komen yang cukup positif. Intensitas persahaban saya berlanjut Ketika kami sering berjumpa dalam berbagai seminar di Indonesia.

Also Read  [Book Review] Sulaiman Tripas As the Father of Aceh Literacy

Ketika saya mengadakan Konferensi International di Nakhorn Shri Thammarat atas dana dari IIAS dan Kerjasama dengan berbagai funding internasional, saya mengundang Prof. Azra untuk menjadi pembicara. Di saat itulah beliau berpesan dua hal kepada saya: Pertama, pulang ke Indonesia untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Kedua, kalau sudah masuk kampus, tetap konsisten dengan kegiatan akademik. Dua nasihat di atas yang selalu saya ingat.

Saat itu, saya semakin dekat bukan lagi sebagai murid, tetapi sudah dianggap sebagai keluarga oleh Prof. Azra. Anak dan istri saya pun sudah mulai dekat dengan Prof. Azra. Setiap bertemu di mana pun, pertanyaannya adalah kondisi keluarga saya dan anak saya yang pernah beliau jumpai di Tha Sala.

Pertemuan kami sering terjadi bukan hanya di dalam seminar, tetapi juga di Bandara. Kami berjumpa di roang boarding. Terkadang di bagian Kedatangan. Tidak lupas juga di tempat Cek In. Di sini saya memahami betul kesibukan Prof. Azra. Kalau kami bertemu, tidak jarang kami saling bertanya keadaan masing-masing.

Prof. Azra sangat konsen dengan keadaan Pendidikan di Aceh. Dia menanyakan perkembangan apa yang sedang terjadi di Aceh. Siapa dan bagaimana tentang sesuatu yang sedang terjadi Aceh. Karena itu, Prof. Azra sangat jarang menolak jika diundang ke Aceh.

Saya memahami betul di Aceh, Prof. Azra memiliki kolega, murid, dan binaan. Dia selalu bertanya tentang kolega-koleganya kepada saya, jika kami bertemua. Bersahaja. Tegas. Cerdas. Itulah gambaran sosok Prof. Azra bagi saya.

Dia tetap low profile. Tidak jarang dia bertanya kepada saya, jika dalam seminar nanti, pakaian apa yang cocok. Dia memang sering memakai Baju Batik lengang pendek. Karena sering menjadi Keynote, dia juga kerap mengirimpkan makalah-makalahnya ke saya. Jika ada opininya yang terbit di Harian Nasional, seperti Kompas, Prof. Azra sering membagikan kepada saya.

Also Read  In Memoriam: Selamat Jalan Kang Eman Hermawan!

Saya pun selalu membagikan setiap tulisan saya. Buku-buku saya selalu saya hadiahkan, jika bertemu dengan Prof. Azra. Kami sering bertegus sapa melalui jaringan Whatapps. Kalau pun ada masalah, tidak jarang, saya akan berkonsultasi dengan Prof. Azra. Sesibuk apapun, Prof. Azra selalu memberikan nasihat kepada saya.

Dalam situasi kedekatan ini, saya benar mengingat bahwa ada 4 orang guru yang cukup berpengaruh dalam kehidupan akademik saya, yaitu Prof. Akh. Minhaji, Prof. Azra, Prof. Atho Mudzhar, dan Prof. M. Amin Abdullah. Kedua nama pertama sudah meninggal dunia. Sekarang tinggal 2 lagi guru yang masih berkhidmat kepada negeri ini.

Kontribusi Akademik

Prof. Azra adalah ilmuwan Muslim Indonesia yang sangat produktif. Setiap tahun Prof. Azra menerbitkan buku. Pengalaman kewartawanannya telah menunjukkan bagaimana pemikirannya ditulis dalam Bahasa yang sangat mudah dimengerti. Kolom atau opini Prof. Azra sering dikirimkan ke saya olehnya, ketika dimuat di harian nasional.

Dalam setiap foto, Prof. Azra selalu menulis tanggal terbit dan nama harian. Tampaknya, Prof. Azra merupakan seorang arsiparis yang cukup tertib. Perpustakaan Prof. Azra menjadi incaran para penelitian, dari berbagai kalangan. Kerap saya menemui Prof. Azra belanja buku di salah satu bookstore di bandara.

Bacaannya luas. Pergaulannya tidak diragukan Analisisnya selalu tajam dan konsisten. Jarang memberikan pernyataan yang kontroversi. Pengetahuan tentang sejarah sosial (social history) pun selalu terlihat dalam setiap narasinya di hadapan publik.

Karya-karyanya selalu dirujuk dan dikutip. Setiap membuat makalah, ada saja pengetahuan baru yang ditawarkan oleh Prof. Azra. Mahasiswa Prof. Azra selalu rindu akan duduk di dalam kelas mendengar pencerahannya.

Saya menjadi Dewan di Asian Muslim Action Network (AMAN) Bersama Dr. Amelia Fauzia. Adapun Presiden AMAN adalah Prof. Azyumardi Azra. Dia menggantikan sosok Ali Asghar Engineer yang telah wafat pada tahun … Para Anggota menganggap bahwa Prof. Azra adalah sosok yang bisa diterima di pentas internasional.

Also Read  What is the legacy of Harun Nasution in Islamic Education in Indonesia?

Karena itu, kewafatan Prof. Azra menjadi kehilangan bagi keluarga besar AMAN. Kami selalu duduk berdiskusi di Bangkok untuk membahas berbagai isu di level regional dan internasional. Para anggota dan peserta sangat mengagumi sosok Prof. Azra.

Kalau saya berada di Bangkok, saya bisa berlama-lama berdiskusi dengan Prof. Azra. Penampilan dengan gaya Batik selalu menjadi ciri khas. Dia selalu berusaha untuk bertanya tentang keadaan. Sangat jarang sekali menjelaskan tentang sosok dirinya sebagai ilmuwan.

Rendah hati adalah ciri khas lain dari sosok Prof. Azra. Dia tidak mau mendahului pembicaraan orang lain. Selalu ingin mendengar lawan bicara. Sehingga siapapun yang berada di depan Prof. Azra akan merasakan sangat istimewa. Kesan inilah yang membekas pada siapapun yang pernah bertemu dengan Prof. Azra.

Inilah beberapa kesan pribadi saya tentang sosok Prof. Azra. Semoga semua legasi yang Prof. Azra akan dikenang secara abadi oleh siapapun di dunia ini. Terlalu luas cakupan pemikiran yang dihasilkan oleh Prof. Azra. Karena itu, saya akan mencari ruang lain untuk menulis kiprah dan kontribusi akademik Prof. Azra. Selamat Jalan Guru Ku!

 

 

Kamaruzzaman Bustamam Ahmad

Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad (KBA) has followed his curiosity throughout life, which has carried him into the fields of Sociology of Anthropology of Religion in Southeast Asia, Islamic Studies, Sufism, Cosmology, and Security, Geostrategy, Terrorism, and Geopolitics. KBA is the author of over 30 books and 50 academic and professional journal articles and book chapters. His academic training is in social anthropology at La Trobe University, Islamic Political Science at the University of Malaya, and Islamic Legal Studies at UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. He received many fellowships: Asian Public Intellectual (The Nippon Foundation), IVLP (American Government), Young Muslim Intellectual (Japan Foundation), and Islamic Studies from Within (Rockefeller Foundation). He is based in Banda Aceh and can be reached at ceninnets@yahoo.com.au

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button