
The fox knows many things, but the hedgehog knows one big thing[1]
Isaiah Berlin
Esai ini berupaya memahami karya Berlin yang berjudul The Hedgehog and the Fox.[2] Karya ini merupakan narasi Berlin terhadap Lev Tolstoy. Judul buku tersebut diambil ungkapan puisi Yunani oleh Archilochus: “The fox knows many things, but the hedgehog knows one big thing.”[3] Kalimat ini dapat diartikan: “Rubah mengetahui banyak hal, namun Landak mengetahui satu hal yang besar.” Di sini digambarkan sosok intelektual, dimana ada dua kelompok, yaitu mereka yang tahu banyak hal dan yang tahu satu hal yang mendalam. Andaian ini disanjungkan pada sosok Tolstoy, di mana dalam pandangan Berlin, Tolstoy merupakan “by nature a fox,but believed in being a hedgehog.”[4] Ketika Berlin berada di Petograd, dia sebenarnya telah membaca karya Tolstoy yang berjudul War and Peace.[5]
Berlin berupaya kemudian memberikan pencirian terhadap sosok seperti Landak dan Rubah. Sebelum dikupas tentang pencirian kedua jenis intelektual tersebut, Berlin menyenaraikan nama-nama sarjana berikut dengan kategorinya. Adapun yang termasuk “mengetahui satu hal yang mendalam” dalam kategori Landak adalah Dante, Plato, Lucretius, Pascal, Hegel, Dostoevsky, Nietzsche, Ibsen, Proust. Adapun “mengetahui banyak hal” atau Serigala adalah: Shakespeare, Herodotus, Aristotle, Montaigne, Erasmus, Moliere, Goethe, Pushkin, Balzac, dan Joyce.[6]
Perdebatan tentang siapa Landak dan Serigala muncul di bagian akhir buku ini sebagai lampiran. Sementara isi buku ini yang awalnya adalah esai lebih banyak menceritakan pandangan Tolstoy terhadap konsep sejarah. Berlin membuat pengakuan dalam salah satu wawancara pada bulan Februari 1993: “I am probably a fox; I am not a hedgehog.”[7] Pada 29 April 1989, ketika diwawancarai oleh Michael Ignatief, Berlin lagi-lagi menyatakan kalau dirinya: “I am fox who’s quite content to be a fox.”[8] Di sini para sarjana mengulas tentang makna dari kalimat ini. John S. Bowman mengartikan “things” sebagai “trick.” Jadi, trik landak ketika hendak berlindung dari ancaman musuh hanya satu saja, termasuk dari ancaman Serigala.[9] Adapun rujukan Bowman adalah dari Guy Davenport ketika dia pertama kali mengartikan kalimat tersebut: “Fox knows many,/Hedgehog one/Solid trick.”[10]
Michael Ignatieff mencoba menarasikan pemaknaan Landak dan Serigala dalam Pengantar untuk karya Berlin yang berjudul The Hedgehog and the Fox: An Essay on Toltoys’s view of History.[11] Disebutkan bahwa, kalimat misterius ini diperkenalkan pada pada tahun 1930, oleh teman yang menekuni filsafat di ruangan Berlin. Setelah itu, dia membagi kawan-kawannya dalam kategori Landak dan Serigala. Akhirnya, Berlin menuangkannya dalam satu esai panjang tentang Toltoys. Dalam konteks ini, saya tidak akan membahas tentang siapa Toltoys, melainkan fokus karya Berlin yang berjudul The Hedgehog and the Fox.
Dengan kata lain, kajian ini ingin menguraikan bagaimana pandangan Berlin terhadap Toltoys mengenai sejarah dengan pemosisian, apakah penulis buku War and Peace ini, termasuk Landak atau Rubah. Maksudnya, apakah Toltoys merupakan seorang penulis yang mengetahui banyak atau hanya menguasai satu hal saja. Untuk kategori ini, Berlin membangun hipotesisnya dalam ungkapannya sendiri, sebagai berikut:
The hypothesis I wish to offer is that Tolstoy was by nature a fox, but believed in being a hedgehog; that his gifts and achievement are one thing, and his beliefs, and consequently his interpretation of his own achievement, another; and that consequently his ideals have led him, and those whom his genius for persuasion has taken in, into systematic misinterpretation of what he and others were doing or should be doing.[12]
Dalam The Hedgehog and the Fox yang juga diedit oleh Henry Hardy dijelaskan konteks esai yang disajikan oleh Berlin. Ignatieff mencoba menguraikan konteks pemaknaan tentang Rubah dan Landak dalam pengantar buku tersebut. Dia menulis sebagai berikut: “It is not merely that the fox knows many things. The Fox accepts that he can only know many things and that the unity of reality must escape his grasp. The critical feature of foxes is that they are reconciled to the limits of what they know.”[13] Konteks narasi dari Ignatieff ini menyiratkan bahwa para intelektual yang banyak tahu memahami keterbatasan intelektual mereka dalam memahami segala hal di dunia ini. Jadi, seorang intelektual yang mengetahui banyak hal memahami betul keterbatasan pengetahuannya dan melihat suatu kesatuan realitas di luar dirinya tidak dapat dikesampingkan sama sekali. Dengan kata lain, semakin banyak tahu, semakin dia tidak tahu, karena keterbatasannya sendiri. Karena itu, mereka yang masuk dalam kategori ini, menurut Ignatieff, akan menjalani kehidupan yang bahagia.
Adapun pada sosok Landak, Ignatieff malah menyebutkan bahwa posisi mereka sangat berbahaya bagi perdamaian dunia. Sebab, ambisi mereka pada satu hal, akan banyak menyebabkan pertikaian di dunia ini. Hal ini disebabkan para Rubah tidak puas dengan mengetahui banyak hal, ingin sekali menguasai satu hal yang cukup mendalam. Dalam konteks ini, sifat Rubah dan Landak, ada dalam diri manusia, menurut Ignatieff dari pemikiran Berlin. Hal ini terkait dengan bagaimana manusia tersebut mehamai realitas di sekitar. Apakah dia puas dengan segala apa yang diketahui atau dia memaksa dirinya untuk menguasai satu hal. Akan hal ini lantas mengakibatkan ambisi di dalam memahami dan menguasai atas realitas yang ada, semakin merumitkan dirinya, sebagaimana pandangan kategorisasi Berlin terhadap Tolstoy di atas.
Dalam konteks pandangan di atas, Ignatieff menulis sebagai berikut:
We riven in creatures and we have to choose whether to accept the incompleteness of our knowledge or to hold out for certainty and truth. Only the most determined among us will refuse to settle for what the fox knows and hold out for the certainties of the hedgehog.[14]
Dua potensi dalam diri manusia di atas menyebabkan bahwa seorang intelektual tersebut, dapat berpotensi menjadi Rubah atau Landak. Seorang yang memiliki karakter Landak akan terus menggali satu hal demi mencapai suatu kepastian. Sementara kalau memiliki karakter sebagai Rubah, mereka akan bertahan denga napa yang sudah didapatkan dari suatu pengetahuan. Karena itu, karakter intelektual Landak akan terus mencari suatu kepastian dari ambisi rasa ingin tahunya yang belum terpuaskan. Sehingga dia menguasai hal ini sampai ke detail-detailnya.
[1] Terjemahan teks:
Rubah mengetahui banyak hal, tetapi landak mengetahui satu hal besar.
[2]Esai ini juga dimuat dalam Isaiah Berlin, “The Hedgehod and the Fox: Essay on Toltoy’s View of History,” dalam The Proper Study of Mankind: An Anthology of Essays, ed. oleh Henry Hardy (New York: Farrar, Straus and Giroux, 2000), 436–98.
[3]Berlin, The Hedgehog and the Fox: An Essay on Tolstoy’s View of History, 1.
[4]Berlin, 4.
[5]Leo Tolstoy, War and Peace (Oxford: Oxford University Press, 2010).
[6]Berlin, The Hedgehog and the Fox: An Essay on Tolstoy’s View of History, 2.
[7]Berlin, 91.
[8]Berlin, 101.
[9]Berlin, 108.
[10]Berlin, 108.
[11]Ignatieff, “Foreword,” 2013.
[12]Isaiah Berlin, “The Hedgehod and the Fox: Essay on Toltoy’s View of History,” dalam The Proper Study of Mankind: An Anthology of Essays, ed. oleh Henry Hardy (New York: Farrar, Straus and Giroux, 2000), 438.
Terjemahan teks:
Hipotesis yang ingin saya ajukan adalah bahwa Tolstoy pada hakikatnya adalah seekor rubah, tetapi percaya bahwa dirinya adalah seekor landak; bahwa bakat dan prestasinya adalah satu hal, dan keyakinannya, dan akibatnya penafsirannya atas prestasinya sendiri, adalah hal lain; dan akibatnya cita-citanya telah menuntunnya, dan mereka yang telah menerima kejeniusannya dalam persuasi, ke dalam salah tafsir sistematis atas apa yang ia dan orang lain lakukan atau seharusnya lakukan.
[13]Michael Ignatieff, “Foreword,” dalam The Hedgehog and the Fox: An Essay on Tolstoy’s View of History, oleh Isaiah Berlin, ed. oleh Henry Hardy, 2 ed. (Princeton: Princeton University Press, 2013), x.
Terjemahan teks:
Bukan hanya rubah yang mengetahui banyak hal. Rubah menerima bahwa ia hanya dapat mengetahui banyak hal dan bahwa kesatuan realitas harus berada di luar jangkauannya. Ciri penting rubah adalah bahwa mereka menerima batasan dari apa yang mereka ketahui.
[14]Ignatieff, x.
Terjemahan teks:
Kita terbagi dalam makhluk hidup dan kita harus memilih apakah akan menerima ketidaklengkapan pengetahuan kita atau bertahan demi kepastian dan kebenaran. Hanya orang yang paling bertekad di antara kita yang akan menolak untuk menerima apa yang diketahui Rubah dan bertahan demi kepastian Landak.