Jannah Theme License is not validated, Go to the theme options page to validate the license, You need a single license for each domain name.
CommunityHistoryLife StoryOpinionScience

Ketika Robot Memengaruhi Nilai dan Moral Kemanusiaan

Fiery Cushman dalam salah satu artikelnya yang diterbitkan dalam buku Future Science, mengkaji tentang hubungan hukum, moral, dan psikologi.[1] Persoalan yang muncul di dalam masyarakat adalah tentang standar moralitas terhadap perilaku seseorang. Ketiga disiplin ilmu yaitu filsafat, psikologi, dan hukum bersama-sama diajak untuk memahami bagaimana ukuran moralitas dapat diukur.

Tentu saja, para masing-masing ilmuwan akan memiliki pandangan masing-masing, bagaimana hubungan filsafat dengan moralitas, psikologi dengan moral, dan hukum dengan moralitas. Dimana terkadang bertemu dalam disiplin keilmuan filsafat hukum.[2]

Tentu saja, masalah di atas terjadi di dalam kehidupan sehari-hari, bagaimana kemudian standar moral menjadi begitu penting untuk dijunjung. Kajian moral tentu sangat mudah ditelaah dalam studi-studi para filsuf.

Namun demikian, jika peristiwa sehari-hari tersebut terjadi di alam maya atau dunia siber, tentu pemahaman baru standar moralitas dalam alam maya menjadi kajian yang perlu disegerakan. Sebab, kajian moralitas tempoe doeloe melandaskan apa yang terjadi di alam nyata.

Namun, ketika manusia berkawan dengan Humanoid atau ada jenis manusia yang berwujud Cyborg, tentu standar moralitas dunia manusia-robot ini akan memberikan agenda baru. Tidak hanya itu, bagaimana jika mereka mampu berkeluarga dan mulai memiliki suatu keyakinan yang mereka anut, kemudian menetapkan menjadi bagian dari sebuah keluarga agama tertentu. Apakah kemudian kita dapat membayangkan keluarga Humanoid atau Cyborg menjadi bagian dari rumah tangga baru di muka bumi ini.[3]

Mereka akan hidup berdampingan dengan manusia sebagai warga baru dunia. Spohia – robot wanita – telah  menjadi warga resmi di Arab Saudi. Ada beberapa Sophia lainnya yang sudah dikembangkan, bahkan sudah bisa diajak berkencan. Robot juga sudah mulai melayani di café dan hotel. Apa yang dimunculkan teknologi robotik di film Hollywood rupanya sudah mulai muncul di dalam dunia nyata.

Also Read  Silaturrahmi dengan Guru dan Alumni Madrasah Ulumul Qur’an

Karena itu, teknologi robotik tampaknya akan menjadi bagian penting dalam studi ilmu-ilmu sosial dan humaniora. Kaku menjelaskan bahwa fenomena “robot become self-aware.”[4] Salah satu ramalan ketika Michio Kaku mewawancarai Ray Kurzweil, salah seorang futurolog terkemuka, bahwa pada tahun 2045, “robot match or surpass human intelligence.”[5]

Jadi, kita saat ini hidup pada tahun 2023 dan 22 tahun lagi, kenyataan ramalan Kurzweil tampaknya tidak akan lama lagi terjadi. Jika robot memiliki kecerdasan melebihi manusia, sangat boleh jadi robotlah nanti yang perlahan-lahan mengontrol kehidupan manusia. Ketika mereka sudah mendahului kemampuan dan kecerdasan manusia, maka tidak menutup kemungkinan produksi ilmu pengetahuan juga akan dikuasai oleh para robot.

Para sarjana sudah mulai menggunakan ilmu-ilmu kefilsafatan di dalam memahami kenyataan dunia robotik atau humanoid.[6] Kendati persoalan apakah robot mampu menggantikan manusia, masih menjadi poin utama, namun secara perlahan-lahan, robot tentu akan terus mengalami perkembangan, sampai mereka dapat memiliki emosi, seperti layaknyanya manusia. Kaku mengatakan bahwa:

To be able to list possible scenarios and outcomes and evaluate how realistic they are, the robot would have to understand millions of rules of common sense – the simple law of physics, biology, and human behavior that we take for granted. Moreover, it would have to understand causality and anticipate the consequences of certain actions. Humans learn these laws from decades of experience.[7]

[1] (Cushman 2011)

[2] (Bello 2012) (Shidarta 2013)

[3] (Warwick 2003)(Saeedvand dkk. 2019)

[4] (Kaku 2018, 127)

[5] (Kaku 2018, 127)

[6] (Funk 2014)

[7] (Kaku 2018, 131)

Kamaruzzaman Bustamam Ahmad

Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad (KBA) has followed his curiosity throughout life, which has carried him into the fields of Sociology of Anthropology of Religion in Southeast Asia, Islamic Studies, Sufism, Cosmology, and Security, Geostrategy, Terrorism, and Geopolitics. KBA is the author of over 30 books and 50 academic and professional journal articles and book chapters. His academic training is in social anthropology at La Trobe University, Islamic Political Science at the University of Malaya, and Islamic Legal Studies at UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. He received many fellowships: Asian Public Intellectual (The Nippon Foundation), IVLP (American Government), Young Muslim Intellectual (Japan Foundation), and Islamic Studies from Within (Rockefeller Foundation). He is based in Banda Aceh and can be reached at ceninnets@yahoo.com.au

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button