Konsep Siri’, Kasus Ferdy Sambo, dan Kehormatan Keluarga

Ketika saya melakukan Touring Indonesia Harmoni tahun 2021, salah satu pulau yang saya nikmati adalah Pulau Sulawesi. Saya menyadari bahwa kekuatan kekerabatan masyarakat Sulawesi di perantauan selalu dilandasi oleh sistem adat yang mereka anuti. Begitu sampai di Sulawesi dan berkenalan dengan budaya di pulau ini, saya dapat mengerti arti persaudaraan dan kekeluargaan bagi masyarakat tersebut.
Begitu saya sampai di Polman, saya menelpon kawan saya di Banda Aceh, bahwa saya sudah sampai di kampung halamannya. Kawan ini adalah karib saya yang berjuang dari kampung halamannya di Polman selama hampir lebih 20 tahun sudah hidup di Banda Aceh.
Ketika berjumpa dengan kawan ini, dia menceritakan satu konsep dalam masyarakat di Pulau Sulawesi, yaitu Siri’. Konsep ini merupakan konsep yang menjadi alasan kuat seseorang menjaga harga diri dan kehormatan keluarga masyarakat di Sulawesi.
Ketika saya googling, rupanya sudah banyak kajian tentang budaya Siri’ dalam masyarakat Makassar, Bugis, dan Mandar. Seseorang akan naik tensi emosi dan marah besar, jika ada sesuatu yang terusik dari kehormatan keluarga besarnya.
Bahkan merasa malu, jika mereka yang mengerti Siri’, lantas diam saja, ketika kehormatan keluarganya terganggu atau dilecehkan. Tidak hanya itu, kalau anggota keluarganya tidak melakukan aksi atau respon terhadap perilaku Siri’, maka dia akan menerima rasa malu dari keluarga besarnya di dalam masyarakat adat Sulawesi.
Dalam hal ini, jika dikaitkan konsep Siri’ dalam kasus yang menimpa Ferdy Sambo, maka tidak menutup kemungkinan pembunuhan yang dilakukannya terhadap Brigadir J adalah bagian dari balas dendam atas kehormatan keluarganya yang sama sekali tidak dihargai atau dilecehkan.
Ada dua hal yang menjadi alasan kuat pengkaitan konsep Siri’ dalam kasus Sambo. Pertama, perkataan Sambo yang mengatakan tentang kehormatan keluarganya. Di sini jika dalam budaya Siri’, maka seseorang akan melakukan apapun dan sangat jarang mengingat posisinya sebagai apa, ketika melakukan hal-hal yang tidak masuk akal. Marwah keluarga menjadi begitu penting dalam konsep Siri.
Kedua, jika benar ada perilaku yang tidak senonoh terhadap istrinya di Magelang, sebagai terungkap dalam RDP Komisi III DPR dengan Kapolri, beberapa hari yang lalu, di mana salah satu anggota DPR yang mengungkapkan bahwa ada peristiwa dimana Brigadir J ‘menyentuh’ istri Ferdy Sambo, maka kemarahan Sambo adalah dalam koridor konsep Siri’.
Di sini dia tidak meminta pembunuh bayaran untuk menghabisi Brigadir J, melainkan dia sendiri yang eksekusi beserta ajudan dan sopirnya. Teman saya mengatakan bahwa tarung demi Siri’ adalah hal yang biasa dalam masyarakat adat di kampungnya.
Hal yang sama juga terjadi dalam budaya Madura, dimana ada konsep Carok. Tidak hanya itu, dalam budaya masyarakat Dayak, jika ada keluarga mereka yang dilecehkan terutama anak gadis mereka, maka semua bangkit untuk membalas dendam. Bahkan, secara antropologis, budaya balas dendam atas nama kehormatan keluarga, terkadang bisa mengantarkan nyawa seseorang lepas dari jasadnya.
Dapat dikatakan bahwa beberapa kerusuhan besar di Indonesia, tidak sedikit dipicu oleh aksi balas dendam karena kehormatan keluarga atau budaya mereka telah dilecehkan oleh seseorang.
Dalam kontek ini, teman saya mengatakan bahwa, jika seseorang tidak melakukan apapun terhadap Siri’, maka dia akan dipermalukan di hadapan masyarakatnya. Terlebih lagi kalau dia merupakan seseorang yang memiliki nama atau citra dalam keluarga besarnya.
Ferdy Sambo tampaknya dipicu oleh kondisi di atas, di mana dia tidak memerdulikan posisi dan jabatannya sebagai Kadiv Propam di Mabes Polri, ketika melakukan pembunuhan terhadap Brigadir J dihadapannya sendiri.
Saya tidak ingin mengatakan bahwa pembunuhan Brigadir J adalah masalah adat atau etnik tertentu di Nusantara. Namun, dua hal di atas menjadi indikasi kuat bahwa Siri’ adalah salah satu konsep penting dalam masyarakat Sulawesi yang harus ditarik pada kasus Sambo.
Masyarakat di Sulawesi tentu saja masih memegang teguh konsep Siri’. Jenis pelanggaran Siri’ yang taruhannya nyawa adalah siri’ ripakasiri. Di sini harkat harga diri dan keluarga menjadi tumpuan utama. Jika terjadi yang melanggar kedua hal ini, maka seseorang sangat boleh jadi akan dipisahkan nyawa dan badan.