Banda Aceh, Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (LAKPESDAM) Nahdatul Ulama (NU) Aceh melaksanakan Seri Pendidikan Politik (Sepentik) 1 (satu) dengan tema Pilkada dan Regresi Demokrasi menghadirkan Teuku Kemal Fasya sebagai pembicara tunggal melalui media Zoom Meeting pada tanggal 21 Mei 2024.
Kamaruzzaman Bustamam Ahmad (KBA) Ketua Lakpesdam NU Aceh mengkhawatirkan akan kualitas demokrasi dan perpolitikan di Aceh ke depan. Sepentik menjadi media dalam upaya meningkatkan pemahaman masyarakat Aceh terkait politik yang berkembang. Meningkatkan pemahaman politik akan memperbaiki sikap politik dalam berbagai momentum agenda demokrasi yang menjadi pilar utama dalam pembangunan.
Sepentik akan dilaksanakan secara berkala dengan menghadirkan narasumber yang pakar dalam topik pilihan. Pelaksanaan Sepentik akan dilakukan secara daring dan juga hibrid untuk menjangkau semua kalangan masyarakat tanpa batas.
Teuku Kemal Fasya dalam penyampaian materinya menguraikan perkembangan geopolitik dan kultural Aceh mulai dari pendekatan etnografis, konflik Aceh, Terbentuknya Partai Lokal dan juga menyoroti politik ulama.
Selain itu Kemal juga melakukan pemetaan terhadap tantangan calon gubernur dan wakil gubernur 2024 dimana Aceh yang masih menjadi Provinsi termiskin di Sumatra, angka stunting yang masih tinggi, DOKA yang menurun tinggal 1 persen, defortasi yang meningkat, problem tata kelola, pemerintah sampai permasalahan revisi UUPA yang belum selesai dan indeks persepsi korupsi Aceh yang belum baik.
Pada materinya Fasya juga memberi prediksi beberapa calon gubernur dan wakil gubernur Aceh yang akan maju dan analisis kemampuan kepemimpinan dan penguatan dan pelemahan demokrasi dalam Pilkada 2024 nanti.
Bercermin pada Pemilu 2024 yang lalu, Teuku Kemal Fasya meyakini praktik money politic akan jauh meningkat pada pelaksanaan Pilkada serentak bulan November 2024. Hal tersebut dikarenakan dalam ada kelompok pemodal yang akan ikut mendanai untuk memenangkan calon kepala daerah, uang haram dari hasil transaksi sabu akan beredar pada Pilkada nantinya.
Atas berbagai praktik politki di Aceh Kemal menyebutkan bahwa Pilkada Aceh akan gagal memberikan wajah demokrasi lokal yang khas, malah mengikuti model demokrasi Jakarta dan kecendrungan yang akan terjadi adalah oligarki dan kartel politik.
Sepentik melalui platform Zoom meeting berlangsung dinamis dengan diskusi hangat yang dipandu langsung oleh Muhajir Al Fairusy**