Jannah Theme License is not validated, Go to the theme options page to validate the license, You need a single license for each domain name.
CommunityEthnography

Memahami Sosok Tgk. Kasem Meukat Ubat

Ketika Penjual Obat Keliling Bicara Geopolitik dan Geostrategi

Secara pribadi saya tidak kenal Tgk. Kasem di Aceh. Dia adalah seorang penjual obat keliling yang sangat fenomenal di Aceh. Tampaknya bukan karena obatnya yang manjur, melainkan cara dia menarik konsumennya melalui “kuliah sosial dan politik”. Dalam tradisi para penjual obat keliling, salah satu aspek terpenting adalah kemampuan untuk menarik perhatian pengunjung agar bisa bertahan di hadapanya sampai 2 hingga 3 jam. Terlebih lagi jika mereka berjualan obat di pinggir jalan di bawah terik matahari.

Biasanya para penjual obat keliling akan melakukan berbagai atraksi untuk memikat pengunjung. Tidak sedikit yang melakukan akrobat atau sulap. Persoalan magik terkadang juga ikut memberikan aura mistis untuk mengesankan bahwa sang penjual memang memiliki keahlian tertentu, sehingga dia punya alasan kuat untuk menjual obat kepada konsumennya. 

Namun, tidak sedikit para penjual obat memikat hati pemirsa jalanannya dengan bersilat kata untuk merespon isu-isu kekinian yang dihadapi oleh masyarakat. Dia akhirnya tidak hanya menjual obat, tetapi juga memberikan pencerahan kepada. Akhirnya, terjadilah proses kuliah di pinggir jalan. Karena itu, tidak sedikit para penjual obat di Aceh yang terkenal, bukan karena obat yang mereka jual, tetapi karena ‘Kuliah Umum’ yang mereka sajikan di pinggir jalan.

Sosok Tgk. Kasem adalah salah satu dari orator Aceh yang hidup dari pinggir jalan ke pinggir jalan. Terkadang dia berjualan di depan ruko untuk beberapa saat, sebelum dia bergegas ke kawasan berikutnya. Terkadang dia berjualan di pagi hari. Kadang pula di malam hari. Semua Tgk. Kasem jalani, karena sudah berjualan obat sejak era 1970-an.

Selama 4 dekade lebih, Tgk. Kasem telah melintang dalam sejarah Aceh. Dia sering ditangkap karena isi orasi saat di pinggir jalan. Harus menghilangkan diri dari suatu tempat, demi keamanannya saat dicari oleh aparat. Melewati berbagai profesi untuk bertahan hidup. Lalu, pernah juga menjadi juru kampanye Partai Aceh. Karena itu, sebagian kecil sejarah politik di Aceh, tampaknya pernah dilalui secara aktif oleh Tgk. Kasem.

Karena keunikan ‘jam terbang’ maka tidak mengherankan dari pengalaman kehidupannya kemudian dijadikan sebagai bahan ‘kuliah umum’ saat berjualan obat atau menjadi juru dakwah. Salah satu karibnya yang telah mendahului Tgk. Kasem adalah legenda pendakwah Aceh yaitu Tgk. Ahmad Dewi. Dia seorang orator ulang dan juga mengalami proses penangkapan berulang kali. Hingga kini, kuburannya tidak pernah diketahui secara jelas. 

Also Read  Online Games and Gambling as Social Tuba

Salah satu keunikan dari Tgk. Kasem adalah komentarnya terhadap situasi sosial, politik, ekonomi, dan budaya dalam masyarakat. Seolah-olah, Tgk. Kasem selalu up date dengan perkembangan terkini, baik dalam skalal lokal, nasional, dan internasional. Karena itu, saya tertarik melihat fenomena Tgk. Kasem di era milennial ini.

Dulu, ketika saya berjualan keliling bersama almarhum Bapak saya di Kecamatan Sawang, Gandapura, dan Dewantara di Aceh Utara, sosok seperti Tgk. Kasem memang tidak sedikit. Mereka membuka foto-foto unik untuk membuka rasa penasaran calon pelanggangnya. Mereka memberitahukan informasi dan gambar-gambar yang jarang diketahui oleh publik. Seolah-olah informasi yang diberikan, benar-benar membuktikan valid adanya. Karena itu, keseriusan dan kevalidan data dan fakta ini, kerap membuat pengunjung tidak berpindah, hingga akhir dari sesi ‘Kuliah Umum’ mereka. 

Biasanya di ujung-ujung ketika pemirsa mereka begitu penasaran, di saat itulah mereka membuka pembicaraan untuk sejenak menjual obat. Narasi obat yang mereka paparkan pun melebihi iklan yang ada di media sosial atau televisi swasta nasional. Obat mereka terkadang untuk kebugaran dan penyakit-penyakit yang umumnya diderita oleh masyarakat setempat, seperti kurap, kudis, asam urat, kolesterol, dan lain sebagainya. Harga obat yang mereka tawarkan pun tentu tidak akan begitu mahal, karena ketika pemirsa mereka merogoh kantung atau saku baju, uang yang keluar biasanya mulai Rp. 5000 hingga Rp. 10.000.

Selanjutnya, kepiawaan Tgk. Kasem di dalam mengulas isu-isu politik, benar-benar menunjukkan kalau dia paham akan kajian Geopolitik dan Geostrategi. Saya adalah peminat kajian tersebut. Setiap edisi majalah Foreign Affairs selalu saya koleksi. Penulisnya adalah mereka yang benar-benar paham akan situasi global. Mereka tentu menganalisa secara teoritikal, sesuai dengan bidang keilmuan yang mereka geluti selama karir akademik mereka.

Akan tetapi, apa yang dianalisa oleh Tgk. Kasem, misalnya, tentang persoalan Aceh, Indonesia, Islam, dan bahkan peristiwa-peristiwa besar di dunia, tentu tidak dapat disamakan dengan kualitas akademik para penulis terkemuka. Tetapi, cara dan diksi yang dipilih oleh Tgk. Kasem di dalam menyajikan analisa-analisa kritisnya terhadap isu semasa, tentu tidak akan kalah dengan para analis global tersebut.

Also Read  Mengenang 33 Tahun AMAN (Asian Muslim Action Network)

Hal ini memang muncul dalam tradisi orang Aceh, dimana disebutkan peugah haba lua nanggroe, talo keu ing ngom (bicara tentang luar negeri, tali pinggang masih memakai serabut daun ngom). Ini menunjukkan bahwa orang Aceh sangat peka dengan apapun yang terjadi di luar sana. Mereka tentu tidak paham apa yang terjadi, tetapi mereka selalu mengikutinya.

Tentu kesadaran tentang pemetaan masalah juga ikut memberikan kesan bagi saya di dalam memahami seorang Tgk. Kasem. Kepiawaannya di dalam melihat dan mencerna masalah, mengindikasikan bahwa Tgk. Kasem bukan orang yang mudah memercayai sesuati. Cara berpikir kritis (critical thinking) adalah pra-syarat yang harus dimiliki oleh seseorang yang menggeluti ilmu sosial dan humaniora. Dalam konteks ini, Tgk. Kasem walau tidak menulis karya, tetapi dari sisi cara bertutur kata, dia memiliki aspek berpikir kritis yang cukup tajam.

Di Aceh beberapa penjual obat keliling seperti Cek Nasrul dan Udin Pelor sangat dikenal oleh masyarakat Aceh. Di sini penjual obat selalu membidik kawasan-kawasan dimana dilaksanakan hari pekan. Kampung yang baru saja panen raya. Atau, daerah-daerah yang memiliki wilayah ruko dengan halaman yang luas dan berdekatan dengan kawasan penduduk setempat. Sehingga kalimat awal mereka akan berbunyi seperti ini: “Yang Jauh Mari Merapat, Yang Rapat Mari Mendekat.”

Di sinilah mulai berbagai isu dan masalah sosial dikupas. Mereka tidak henti berbicara. Karena strategi pertama adalah menarik minat pemirsa jalanan mereka. Setelah itu, baru disajikan komentar-komentar unik untuk menahan calon pelanggan mereka. Biasanya akan dikatakan nanti akan ada “manusia yang diubah menjadi Harimau.” Atau, akan ada atraksi sulap yang belum pernah dilakukan oleh siapapun.

Akan halnya, Tgk. Kasem dia mulai membicarakan isu-isu politik kekinian. Dia menyebutkan peristiwa terbaru sambil menyisipkan logika induktif atau deduktif. Premis minor dan premis mayor pun dimainkan untuk memperkuat argumennya, demi meyakinkan calon konsumennya. Biasanya, pemirsa jalanannya adalah penonton setia yang menunggu sosok Tgk. Kasem. Mereka akan bertahan untuk menyimak narasi ‘drama kehidupan manusia’ dari Tgk. Kasem. 

Also Read  Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry Melakukan Bhakti Sosial di Pekan Baru

Untaian demi untaian pandangan Tgk. Kasem juga terkadang merespon apa yang menjadi isu di warung kopi. Sebab dalam masyarakat Aceh, warung kopi menjadi ajang atau arena sosial untuk mendapatkan berbagai informasi. Dulu sebelum ada jaringan internet, maka basis diskusinya adalah apa yang diberitakan oleh harian lokal, seperti Serambi Indonesia. Sehingga koran yang datang pada saat menjelang shalat Shubuh, pada jam 8 pagi, koran tersebut sudah leceuek, karena sudah berpindah tanggan hingga belasan orang.

Begitulah orang Aceh memproduksi ilmu mereka di ruang publik. Kalaupun ada yang mengatakan bahwa orang Aceh tidak pintar, itu adalah anggapan yang berlebihan. Mereka sangat tajam dan selalu ingin informasi terbaru untuk segera dibagikan kepada sesamanya. Informasi dari warung kopi, akan disampaikan ke kampung, misalnya di sawah, rumah kenduri, dan meunasah.

Tgk. Kasem mencoba meramu informasi-informasi tersebut untuk dijadikan bahai meukat ubat (berjualan obat). Karena itu, apa yang dia sampaikan merupakan suara rakyat Aceh. Karena itu, komentar netizen terhadap narasi Tgk. Kasem selalu positif, karena isi dan isu yang disampaikannya adalah apa yang menjadi kegelisahan kolektif masyarakat Aceh saat ini. 

Akhirnya, esai ini hanyalah sepenggal deskripsi tentang sosok Tgk. Kasem. Dia akan terus berjualan obat dan mencerahkan masyarakat terhadap isu geopolitik, geostrategi, dan geoekonomi. Saya dulu memang banyak menimba ilmu dari para penjual obat keliling di akhir tahun 1990-an. Karena itu, sosok Tgk. Kasem bagi saya adalah memori kolektif orang Aceh terhadap ‘kuliah umum’ di pinggir jalan yang selalu menyampaikan kegelisahan masyarakat dengan kritis. Mereka tentu bertahan tidak hanya karena kualitas ‘kuliah umum’, tetapi juga obat yang mereka juga, rupanya banyak juga menyembuhkan masyarakat. 

Kamaruzzaman Bustamam Ahmad

Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad (KBA) has followed his curiosity throughout life, which has carried him into the fields of Sociology of Anthropology of Religion in Southeast Asia, Islamic Studies, Sufism, Cosmology, and Security, Geostrategy, Terrorism, and Geopolitics. KBA is the author of over 30 books and 50 academic and professional journal articles and book chapters. His academic training is in social anthropology at La Trobe University, Islamic Political Science at the University of Malaya, and Islamic Legal Studies at UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. He received many fellowships: Asian Public Intellectual (The Nippon Foundation), IVLP (American Government), Young Muslim Intellectual (Japan Foundation), and Islamic Studies from Within (Rockefeller Foundation). He is based in Banda Aceh and can be reached at ceninnets@yahoo.com.au

Related Articles

Leave a Reply

Back to top button
%d bloggers like this: