Dalam 2 tahun terakhir ini, pihak Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry telah melakukan kerja sama dengan Yayasan Wakaf al-Hidayah di Hat Yai, Thailand Selatan. Salah satu programnya adalah pengiriman mahasiswa melalui skema magang internasional melalui yayasan tersebut di beberapa sekolah di kawasan Selatan Thailand. Kerja sama lintas negara ini memang bertujuan untuk memperkuat salah satu misi perguruan tinggi, yaitu pengabdian kepada masyarakat. Dalam Jurnalisme Warga kali ini, Saya tertarik untuk mengupas bagaimana visi keindonesiaan pada Yayasan al-Hidayah, di mana telah menerima lebih seribu mahasiswa dari seluruh Indonesian melalui salah satu program ini, yaitu Internatioal Islamization Program.
Yayasan ini dipimpin oleh Adul Maetam, salah seorang staf KJRI di Songkhla, pernah menjadi santri di Gontor Darussalam, menempuh studi magister di Universitas Islam Antarbangsa Malaysia, memiliki kepakaran dalam bidang usul fikih. Bersama istrinya, Salma Maetam, sejak tahun 2015 mereka mengaktifkan Yayasan Al-Hidayah, sebagai wadah dakwah dan pendidikan untuk masyarakat Muslim di Thailand. Adul Maetam ingin mengubah cara pandang Muslim di kawasan ini, dengan memperkenalkan kepada mereka pola-pola keberislamana yang ada di Indonesia. Menurutnya, Islam di Indonesia lebih moderat. Karena itu, dia mengirimkan puluhan mahasiswa Thailand untuk belajar di kampus-kampus terkemuka di Indonesia. Hampir dapat dikatakan bahwa beberapa kampus ternama di Indonesia terdapat mahasiswa Thailand yang didanai oleh Yayasan al-Hidayah. Adul meyakini bahwa pendidikan adalah satu cara untuk mengubah cara pandang masyarakat ke arah yang lebih baik. Dia bersama stafnya menggalang dana wakaf dari anggotan Yayasan untuk kemudian diberikan kepada mahasiswa-mahasiswa Thailand untuk belajar di Indonesia.
Tidak hanya program di atas, ada satu lagi program yang sekarang sangat diminati oleh kampus-kampus di Indonesia, yaitu Magang atau KKN di Thailand Selatan selama 1 bulan. Program ini telah berhasil mengundang hampir seluruh kampus-kampus di Indonesia mengirimkan mahasiswa mereka ke Thailand Selatan dan Bangkok. Program ini juga yang diikuti oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry saat ini. Hampir seratus mahasiswa telah mengikuti program ini, selama liburan semester sejak tahun 2022 hingga tahun ini.
Kampus-kampus di Indonesia yang telah memiliki kerja sama dengan Yayasan al-Hidayah akan mengirimkan mahasiswa mereka secara berkala. Karena itu, kalau kita bertandang ke kantor Yayasan ini, maka tidak mengejutkan akan menemukan berbagai mahasiswa Indonesia yang baru datang atau yang sudah menyelesaikan program Magang atau KPM Internasional. Adul Maetam mengatakan bahwa hampir setiap minggu ada saja civitas akademika yang datang ke yayasannya untuk membicarakan berbagai program kerja sama, mulai dari pengabdian, penelitian, hingga pendidikan.
Adul Maetam mengatakan bahwa dia memiliki jaringan yang cukup erat dengan hampir semua sekolah Islam di Thailand Selatan, Bangkok, dan Chiang Mai. Oleh karena itu, setiap mahasiswa yang datang, sudah dapat dipastikan, ada sekolah yang akan menjemput mahasiswa untuk kemudian tinggal disitu selama satu bulan. Para mahasiswa yang datang tentu akan sangat berbahagia, karena biaya yang dikeluarkan dalam program ini tidak akan sampai berjuta-juta. Penginapan dan akomodasi dibayar oleh mahasiswa hanya beberapa ratus ribu saja. Selain itu, mahasiswa cukup menanggung biaya transportasi dan asuransi selama kegiatan mereka di sana.
Pihak Yayasan melaksanakan program ini supaya terjadi proses penguatan keberislaman di Selatan Thailand. Melalui kehadiran para mahasiswa, selain memiliki pengalaman hidup bersama saudara baru yang berbeda negara dan bahasa, mereka juga dapat berkenalan dengan budaya setempat. Harus diakui bahwa budaya keislaman di Selatan Thailand memiliki keunikan tersendiri, sebab mereka hadir sebagai kelompok minoritas di negara tersebut.
Adul Maetam menandaskan bahwa program Yayasan ini sangat membantu pihak sekolah di Thailand dalam proses pembelajaran di beberapa sekolah. Sebab mahasiswa yang datang pun bisa menambatkan bakat dan kemampuan mereka di sekolah tersebut. Dalam pada itu, para mahasiswa dapat mempromosikan kegiatan kampus melalui aktifitas mereka selama di Thailand Selatan. Dialog budaya yang terjadi di antara mereka pun tidak dapat dielakkan. Bahkan beberapa mahasiswa yang sudah pernah ikut program ini, ingin kembali lagi untuk mendapatkan pengalaman yang lebih luas di Thailand.
Dapat dikatakan bahwa kecintaan Adul Maetam pada Indonesia menjadi dasar kuat kesuksesan program ini. Setiap tamu dari Indonesia benar-benar disuguhi citra keindonesiaan dalam diri Adul Maetam. Dia memahami betul watak dan karakter orang Indonesia. Selama belasan tahun menjadi Staf Lokal di KJRI Songkhla, Adul Maetam telah belajar banyak tentang Indonesia. Karena kontak budaya tersebut, Adul Maetam bersama staf-nya yang mampu berbahasa Indonesia dengan sangat lancar. Proses kontak budaya Adul Maetam ini telah berhasil membuka mata warga Thailand yang sedang belajar di Indonesia. Sebaliknya, telah memberikan pelajaran penting bagi warga Indonesia yang pernah menggunakan jasa baik daripada Yayasan ini.
Ketika Jurnalisme Warga ini ditulis, Yayasan ini juga sedang terus menerima kunjungan demi kunjungan dari warga Indonesia dari berbagai kampus. Khusus bagi mereka yang berasal dari Pulau Sumatra, bepergian ke Selatan Thailand, lebih murah dibandingan mereka ke Pulau Jawa. Emosi ini tentu menjadikan peluang yang cukup baik bagi ke dua belah pihak yang terlibat dengan berbagai program Yayasan Wakaf Al-Hidayah. Salah satunya adalah proses internasionalisasi pendidikan tinggi melalui berbagai program dalam koridor Merdeka Belajar – Kampus Merdeka menjadi salah satu misi yang tidak terelakkan.
Karena itu, Saya ingin mengatakan bahwa visi keindonesiaan dalam semangat Yayasan Wakaf al-Hidayah ini menjadi pemikat utama bagi siapapun yang telah atau akan bekerja sama dengan mereka. Adul Maetam sendiri lebih memercayai Indonesia sebagai tempat belajar bagi anak-anaknya saat ini yang sedang menempuh pendidikan perguruan tinggi. Bahkan dia berencana untuk membuka sekolah di salah satu provinsi di Thailand Selatan dengan menganut model pembelajaran keislaman dari Indonesia. Misi Indonesianisasi di Thailand Selatan oleh Yayasan ini menjadi sesuatu yang tampak di hadapan. Adul Maetam menyebutkan dengan membangun soft power bagi pendidikan Islam di Selatan Thailand dengan menjadikan Indonesia sebagai model utamanya.
Mimpi dari strategi soft power dari Yayasan ini menunjukkan bahwa Indonesia akan memainkan peran yang cukup signifikan dalam pengembangan keberislaman di Thailand Selatan saat ini. Melalui berbagai program yang dijalankan oleh Yayasan Wakaf al-Hidayah dan peran aktif kampus-kampus di Indonesia, akan menjadi jilid baru wajah provinsi-provinsi Selatan Thailand di masa yang akan datang. Inilah salah satu inti dari semua tujuan Adul Maetam dalam menerima setiap siapapun yang berkunjung ke Yayasanya, supaya ada perubahan yang cukup mendasar dalam kehidupan beragama di kawasan tersebut.
Tulisan ini telah dimuat Sebagai Citizen Reporter di Harian Serambi Indonesia (8/08/2024).
Â